Tekanan keuangan ekstrem yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 dan bencana telah menyebabkan lebih dari setengah dari Organisasi Masyarakat Sipil dan LSM di Indonesia menghadapi krisis keuangan eksistensial. Pengurangan pendanaan yang signifikan ini mendorong perlunya untuk segera mencari sumber pendanaan alternatif.
Selama beberapa tahun terakhir, Lumbung Dana yang dimiliki dan digerakkan secara nasional telah diidentifikasi sebagai mekanisme pendanaan yang memungkinkan respon yang lebih tepat waktu dan fleksibel terhadap keadaan darurat dan krisis kemanusiaan, terutama untuk operasi yang menghadapi keterbatasan sumber daya pada kasus gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah dan gempa bumi di Sulawesi Barat baru-baru ini.
Sekretariat Jaringan-antar-Jaringan Organisasi Masyarakat Sipil dan LSM Indonesia (SEJAJAR) bersama Network for Empowered Aid Response (NEAR) menyelenggarakan seminar online, pada tanggal 18 Maret 2021, yang bertajuk “Sizing up the Scope for CSOs/NGOs: Pooled Funds for Disaster and Humanitarian Response” untuk menggali kemungkinan ini. Lebih dari 150 peserta dari 24 negara, sebagian besar dari belahan bumi selatan, terlibat dan membahas berbagai mekanisme yang dimiliki dan dikelola pada tingkat nasional yang dibentuk untuk menggalang dan mengalokasikan dana untuk organisasi lokal dalam menyediakan respon kemanusiaan.
Seminar diakhiri dengan lima bidang yang perlu digali lebih jauh:
1. OMS/LSM Selatan perlu memperkuat kepemimpinan mereka dalam mengorganisasi dan mendirikan mekanisme koordinasi antar mereka sendiri;
2. OMS / LSM perlu mengorganisasi diri mereka sendiri dan memusatkan perhatian pada penggerakan dan pemanfaatan sumber pendanaan lokal termasuk pendanaan berbasis komunitas, filantropi dan pendanaan berbasis keyakinan/agama;
3. Donor kemanusiaan harus mengalihkan saluran dan mekanisme pendanaan konvensional yang didasarkan pada ketidakpercayaan pada LSM lokal dan nasional menuju dalam paradigma baru yang berbasis pada kepercayaan – meskipun dalam beberapa kasus terdapat kendala kendala yang masih perlu diatasi;
4. Lembaga dan donor kemanusiaan perlu mempertimbangkan investasi pada koordinasi dan pengembangan jaringan OMS / LSM nasional dan lokal, termasuk mereka yang mesi pekerjaan utamanya mungkin bukan kemanusiaan tetapi mereka melakukan respon kemanusiaan; dan
5. Perlunya berinvestasi pada fasilitas regional yang memberikan dukungan teknis, membangun kapasitas termasuk penerapan model-model, serta membuka dan memfasilitasi akses kepada komunitas donor.
“Kita perlu berpikir ulang, Jika dana yang dikumpulkan [memang] alternatif, kita harus berhenti mengharapkan semua pendanaan akan datang dari donor belahan dunia utara, dan sebaliknya, mengeksplorasi, memobilisasi sumber sumber -seperti filantropi lokal dan jaringan berbasis agama di sekitar kita ” desak Dr. Puji Pujiono, seorang pemrakarsa SEJAJAR Indonesia.
Benediktus Balderrama, Ketua Shared Aid Fund for Emergency Response (SAFER) di Filipina, menyoroti bahwa “pergeseran sudut pandang dari para donor semacam itu juga memerlukan kita, LSM belahan dunia selatan, untuk ‘merapatkan barisan’, kita perlu menjadi lebih kredibel, dapat diandalkan, dan akuntabel”.
Sementara itu, Jenny Hodgson, Global Fund for Community Foundation (GFCF), berbicara tentang pentingnya melibatkan ekosistem filantropi lokal di awal pengembangan Lumbung Dana yang dimotori dan dimiliki secara nasional. Suleiman Abdullahi, konsultan NEAR, berbagi tentang kemajuan dalam pengembangan dana untuk pendanaan tak terbatas untuk komunitas di Somalia.
Eka Budianta, mantan Direktur Eksekutif Dana Mitra Lingkungan (Friends of the Environment Fund, Indonesia) mengenang pengalamannya dalam membangun Lumbung Dana untuk menekankan pentingnya membangun kepercayaan, sikap tekun dan rajin sebagai modal yang paling berharga.
Suatu faktor utama disini adalah perubahan paradigma donor kemanusiaan tradisional, tambah Dr. Puji Pujiono. “Para donor perlu belajar mempercayai jaringan OMS / LSM lokal, mempertimbangkan pendekatan multisektoral melampaui LSM kemanusiaan lokal, dan berinvestasi membangun kapasitas lokal yang membantu mereka memulai, mengoordinasi, dan merawat Lumbung Dana,” katanya.
Sejalan dengan itu, Dino Argianto dari OXFAM Indonesia dan pemrakarsa SEJAJAR mengajak INGOs dan lembaga donor yang ada di Indonesia untuk memainkan peran yang lebih strategis dalam mewujudkan komitmen menuju kemandirian CSO. “Kita, secara kolektif, harus memberikan dukungan teknis, akses ke pendanaan langsung, dan mekanisme dukungan antar sejawat dan menghubungkan mereka dengan platform regional”.
Seminar ini merupakan bagian dari Program Mekanisme Pendanaan Lokal NEAR, yang dirancang untuk mewujudkan dan memfasilitasi visi dan kepemimpinan yang jelas menuju perubahan diantara para pelaku lokal dan nasional di belahan dunia selatan. NEAR bertujuan untuk memainkan peran sebagai fasilitator, penasihat, dan penghubung bagi para pelaku belahan dunia selatan untuk membantu merubah perimbangan kekuasaan dan untuk mengembangkan semangat para pelaku lokal dan nasional demi mempersiapkan, merespon, dan membangun ketangguhan terhadap krisis.
NEAR dan SEJAJAR mempersilakan pertanyaan dan komentar tentang topik Lumbung Dana untuk dikirim ke serie podcast yang berjudul NEAR Dispatches. Pesan yang ingin disertakan dalam pembahasan Lumbung Dana dapat dikirim ke NEAR Dispatches • Sebuah podcast di Anchor.